TEMPO.CO, Yogyakarta – Ketua Persatuan Aktuaris Indonesia atau PAI, Rianto Ahmadi Djojosugito, menyebutkan industri asuransi nasional terus tumbuh. Namun, pertumbuhan industri asuransi ini tidak dibarengi dengan pertumbuhan aktuaris. Indonesia dinilai masih sangat kekurangan aktuaris, yaitu ahli matematika dalam perusahaan asuransi yang menghitung risiko, premi, cadangan, dan dividen.
Rianto menyebutkan, saat ini aktuaris di Indonesia baru 500 orang, yang terdiri dari 250-an aktuaris associate dan 250 aktuaris fellow. “Jumlah tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan aktuaris di 80-90 perusahaan asuransi yang ada,” kata dia saat berada di Universitas Gadjah Mada, Senin, 18 Desember 2017.
Baca: Tip Memilih Asuransi agar Tak Kecewa
Idealnya, kata Rianto, kebutuhan aktuaris di Indonesia dalam waktu dekat ini paling tidak 1.500 an. Kekurangan aktuaris terbesar di asuransi umum, sedangkan asuransi jiwa sudah lebih baik.
PAI sebagai organisiasi profesi yang didirikan pada 1964 dan diformalkan pada akhir 80an mengaku melakukan beberapa langkah agar semakin banyak orang yang mengambil profesi aktuaris. Salah satunya dengan menyambungkan profesi aktuaris ke kampus-kampus.
Rianto menjelaskan, mulai tahun 2008, misalnya pihaknya bekerja sama dengan lima perguruan tinggi sudah melakukan penyetaraan aktuaria dalam perkuliahan. Ia mengaku senang, belakangan program studi aktuaria semakin banyak. Setelah di Institut Pertanian Bandung dan Universitas Indonesia yang memiliki program studi aktuaria, pada 2018.
Institut Teknologi Surabaya akan memiliki jurusan Aktuaria, sedangkan Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung akan membuka Program Studi Aktuaria. “Dengan semakin banyak program studi aktuaris, semakin mudah mendapatkan 30-40 aktuaris baru setiap tahunnya,” ucap Rianto.
Menurut Nastiti Evia L, selaku Direktur PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Persero sebagai Badan Usaha Mlik Negara yang bergerak di bidang asuransi, pihaknya berkepentingan untuk menciptakan aktuaris-aktuaris baru. Salah satunya adalah melalui kerjasama Program Aktuaria antara Jasindo, PAI, dan Fakultas Mayematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada. “Program ini kami nilai cukup efektif untuk menghasilkan aktuaris,” kata dia.
Sampai saat ini, Program Aktuaria yang dilaksanakan Jasindo Insurance Academy telah diikuti 643 peserta dengan jumlah kelulusan yang disetarakan sertifikasi PAI sebanyak 150 peserta dari berbagai subjek perkuliahan. Djagal Wiseso Marseno, Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan (PPK) Universitas Gadjah Mada menilai kerjasama dengan Jasindo, dan PAI merupakan langkah positif.
Aktuaris di masa mendatang dinilai akan sangat dibutuhkan. “Misalkan untuk bidang asuransi, perbankan, dan investasi untuk memprediksi masa depan, probabilitas keuangan,” kata Nastiti.
Sumber : https://bisnis.tempo.co/read/1041339/kenapa-kita-harus-punya-asuransi-kesehatan